Jumat, 27 November 2015

Rahmat Sunyoto : Seorang Santri dan Pustakawan


Berasa bangkit dari kubur setelah beberapa Tahun tidak curhat panjang dan lebar di blog. Kali ini dengan wajah baru semangat baru dan cerita yang pasti baru saya akan curhat secara elegan dengan menceritakan korban-korban keusilan saya hehe. Korban pertama saya adalah seorang pustakawan yang luarrr biasa keren kece badai ulala, dialah jengjengjeng mas Rahmat. Sang pustakawan  Junior Perpustakaan Kota Yogyakarta.  Lalu apa hubunganya mas Rahmat sang Pustakawan dengan Santri? Sebelumnya kita lihat  landasan secara teoritis dulu biar nyambung :D
Gambar Penulis ketika wawancara dengan Mas Rahmat


Pertama, Mungkin akan ada banyak pertanyaan ada apa dengan pustakawan ada apa dengan santri, apakah santri itu pustakawan, pustakawan apakah santri , apakah pustakawan juga santri. Sebutan santri kini mulai menggema kembali setelah pemerintah menetapkan 22  Oktober sebagai hari Santri Nasional. Lalu apa hubunganya dengan pustakawan sama santri? Perlu kita inggat dalam UU perpustakaan No 43 tahun 2007 disebutkan yang  Pustakawan adalah orang yang memiliki kompetensi  dibidang perpustakaan yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan yang dilegalkan atau diakui dan dia akan bertugas dan bertanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan di perpustakaan.  Sebelum menjadi pustakawan orang tersebut pasti memiliki latar belakang seperti anak rumahan, santri, atlet, penyanyi, penjahit, bahkan boleh juga mantan penjahat yang penting mereka telah melalui pendidikan perpustakaan. Nha seperti halnya SANTRI, dibenak kita Santri adalah orang yang tinggal di pesantren dia mempunyai tanggung jawab untuk memperdalam ilmu agama islam.  Lalu ada hubungan apa antara santri dan pustakawan? Dalam kesempatan ini saya akan sedikit menceritakan hubungan santri dan pustakawan dalam kontribusinya mewarnai dunia perpustakaan yang sangat luas ini.
Kehidupan menjadi santri di pesantren tidak dapat dilepaskan dari kehadiran kitab mengingat kitab adalah kajian mereka sehari-hari. Ingat ilmu pengetahuan keislaman bersumber dari negeri Arab sana jadi kitab-kitabnya sumbernya bertuliskan huruf arab, tulisan arab bahasa arab. Mas Rahmat juga menceritakan di pesantrennya  di daerah Lombok sana juga terdapat perpustakaan yang koeleksinya kitab arab-arab, pustakawannya biasa disebut Aminul Maktabah. Mas Rahmat dulu sebelum kuliah juga pernah menjadi asisten pustakawan di perpustakaan itu. Sedikit pengalamannya menjadi asisten pustakawan di pesantren itu menjadi sedikit landasan dan gambaran untuk  mas rahmat memilih kuliah di UIN Jurusan Ilmu Perpustakaan.
Witing tresno jalaran saka kulino peribahasa jawa ini cocok untuk menggambarkan cikal bakal  mas rahmat menjadi pustakawan, kehidupannya di pesantren menjadikan ia terbiasa dengan kitab-kitab dan buku-buku. Selain itu, sejak masih kecil keluarganya telah membiasakan mas Rahmat dekat dengan buku bahkan sampai-sampai  ada cerita mengharu biru ketika ayahnya mencarikan koleksi Bobo tempo dulu sebagai koleksinya, mencari koleksinya itu yang bikin haru biru karena harus terjun nyari ke toko buku lowakan sampai-sampai dapat majalah Bobo jadul banget terbitan Belanda. Hampir semua bahan bacaan semasa mas Rahmat kecil pernah ia koleksi seperti komik-komik, Bobo, majalah anak Saleh, dan lain-lain. Jadi kalau mau mengenang masa lalu bisa nanya ke mas Rahmat masa lalau bahan bacaan jangan masa lalau yang lain-lain *ehh. Selain dari kebiasaanya dengan buku alasan kenapa akhirnya ia memilih kuliah di jurusan ilmu perpus adalah karena tidak diijinkan oleh orang tua kuliah di daerah timur tengah, kan mas rahmat punya ketertarikan tersendiri sama dunia Timur tengah. Dan setelah perdebatan panjang akhirnya ketemulah kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan.
Dari hati karena cinta itu adalah jawaban  ketika saya bertanya alasan tidak Move on alias tetep jadi pustakawan. Jadi menurut mas Rahmat ketika kita mencintai sesuatau dan kita melaksanakan semuanya dari hati ikhlas mencari ridho Allah maka semua pekerjaan yang terasa berat menurut orang lain akan terasa biasa aja. Pustakawan adalah panggilan hidup, pustakawan adalah profesi yang dicintainnya jadi tidak ada alasan lain selain terus menjadi pustakawan yang dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Kiranya itu mampu menggambarkan sosok bersahaja satu ini.
Membaca Koran-koran online dari timur tengah adalah salah satu kebiasaaan mas Rahmat. Ketertarikan akan Negara timur tenggah sampai mendorong mas Rahamat mengikuti berita yang ada. Mengingat timur tengah akhir-akhir ini selalu diberitakan yang seperti buruk-buruknya. Mencari kebenarnnya dari sumber aslinya merupakan salah satu ciri pustakawan dan itu benar-benar melekat pada diri mas Rahmat. Jangan percaya dari satu sumber saja mari dilihat sumber lain dan prespektif lain biar gak bias. Terlebih beliau sedikit banyak memahami bahasa arab jadi gak masalah baca Koran arab gundul begituan. Kalau saya bisa gundul duluan sebelum baca arabnya :D hehe
Kebiasaanya membaca membuat ia memiliki tokoh inspiratif atau idola lah bahasa gaul nya. Harun Ar-Rasyid dialah Pencetus Bait Al-Hikmah Perpustakaan terluar biasa di jamanya daulah bani Abbasiyah. Bagi pustawakan yang belum kenal Bait Al-Hikmah bisa dibilang cupu yaaa. Informasi yang mungkin banyak orang belum ketahui tetapi mas Rahmat  katahui akibat kebiasaannya membaca kitab-kitab jadi tau kalau Harun Ar-Rasyid ini adalah seorang Tokoh besar yang laur biasa  pemikirannya sampai-sampai mencetuskan perpustakaan Bait Al-Hikmah.
Berbicara masalah Hobi, hobinya Mas Rhamat kece badai sampai-sampai mas Rahmat pernah menang lomba Poster ada thu pialanya. Mas Rahamt suka sekali melukis, kalau akhir-akhir ini moodnya lagi suka melukis gambar-gambar timur tengah kayak gitulah yang punya kerumitan kenjlimetan tapi hasilnya jangan ditanya. Selain melukis dia suka membaca mungkin membaca bukan lagi Hobi tapi kebutuhan. Sperti makan minum mandi itu kan kebutuhan. Buktinya dikamarnya buku-buku tertata rapi mulai dari bacaan ringan samapai berat kek kitab-kitab arab gundul. Terus ada juga koleksi yang cukup menarik dan fenomenal Al-Kitab kitabnya Agama Nasrani, menurut Mas Rahmat itu bisa dijadikan rferensi untuk mencari kebenaran kan kadang masih ada keterkaitan gitu. Kalau dilihat-lihat hobinya ini kembali lagi nafas Santrinya lah yang mempengaruhi  bahkan melekat bahkan mengalir disetiap sendi kehidupannya.

Salah satu karya lukisan mas Rahmat yang diupload di Instagram
Nafas nyantrinya itu benar-benar menjadi sebuah semangat untuk menapaki kehidupannya. Jangan tanyakan lagi kenapa di belum mau melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 karena ia akan menjawab belum saatnya. Yak sebenarnya mas Rahmat itu punya cita-cita yang keren banget saya saja gak pernah mikir sampai segitu. Menjadi pustakawan di Perpustakaan Kholidiyah di daerah Palestina sana yang sering konflik itu. Alasanya simpel beliau pingin menjaga sepenuh jiwa raganya koleksi-koleksi yang ada disana karena koleksinya itu koleksi memiliki nilai sejarah dan perlu kita inggat palestina bukan Negara yang aman damai sentosa sejahtera. Palestina Negara berkonflik yang sewaktu-waktu nyawa bisa melayang begitu saja. Nha mas Rahmat punya cita-cita pengen jadi pustakawan disana. Hal ini karena kecintaanya pada pengetahuan yang ada disana. Kata mas Rahmat juga sudah banyak koleksi-koleksi yang ada di sana itu diambil oleh negara yang menjajahnya dan ditaruh di perpustakaan nasional mereka sendiri, itu kan namanya pencurian thu. Tugas pustakawan kan menyelamatkan itu. Kalau dipikir-pikir bener juga bahkan emang seharusnya pustakawan punya thu semangat menjaga koleksi sampai mempertaruhkan jiwa dan raganya.
Owh ya Gaess mas Rahmat punya pesan ni buat kita para Puastakawan-pustakawan diseluruh dunia. Bahwa jika kita inggin menjadi pustakawan panutan alias pustakawan beneran bukan abal-abal kita harus punya kebiasaan “MEMBACA”. Karena dengan membaca kita akan mempunyai wawasan, pengetahuan, pemikiran yang jauh lebih baik dibanding orang yang gak pernah baca. Ingat kita itu orang informasi jadi rujukan banyak orang ketika bertanya sesuatu nha kalau kita gak baca dari mana kita bisa menjawab pertanyaan dari pemustaka?? terus kalau kita lagi diajak bicara sama orang itu biar nyambung. Kalau wawasannya aja sempit diajak bicara, sharing knowledge gak bakal nyambung. Hal ini mas Rahmat sarankan karena menurut  pengamatan mas rahmat saat ini masih banyak ditemukan pustakawan-pustakawan yang wawasannya masih kurang sehingga mereka gak bisa maju. Gimana perpustakaan  bisa majau kalau pustakawanya aja gak maju.
Koleksi buku yang ada di kamarnya mas Rahmat
Jadi pada intinya mas Rahamat ini adalah seorang santri pustakawan. Beliau menjalani kehidupanya sebagai pustakawan tidak meninggalkan ruh ke Santriannya, bahkan dengan bekal nyantri ia berusaha untuk menjadi pustakawan yang lebih baik. Tidak mudah menemukan orang yang tetap konsisten berada dalam jalurnya seperti mas Rahmat ini. Bekerjanya ia menjadi pustakawan semata-mata untuk mencari Ridha Allah. Menjadi pustakwan yang bernafaskan santri adalah cara Mas Rahmat untuk memasyarakatkan pustakawan.
Masih banyak lagi hal ter kece badai ulala yang dimiliki mas Rahmat yang belum sempat saya ceritakan disini. Kalau anda penasaran bisa langsung ketemu di Perpustakaan Kota Yogyakarta bagian manajemen Koleksi.  Kalau gak bisa bertemu lewat dunia maya bisa Follow instagramnya di @mametfadhlallah atau di Fb dengan akunnya Rahmat Bin Shadiq Fadhlallah kalau gak mau ribet temui langsung di kosan Kuda Laut beliau adalah kepala kosan kuda laut jadi gak bakalan susah nyari beliau.

Keren kan cerita inspiratif dari Mas Rahmat, mungkin belum banyak orang tau ke kerenan mas Rahmat ini. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi diri saya pribadi dan umumnya buat para pembaca. Sampai ketemu lagi di kisah-kisah inspiratif selanjutnya. Penasran saya akan usil ke tokoh siapa lagi?? Tunggu saja di episode selanjutnya Pustakawan punya cerita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar